Ini nih dialog rumah tangga penuh cinta Rasulullah dengan istrinya, Aisyah...
عَنْ عَائِشَةَ - رضى الله عنها - قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - « إِنِّى لأَعْرِفُ غَضَبَكِ وَرِضَاكِ » . قَالَتْ قُلْتُ وَكَيْفَ تَعْرِفُ ذَاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « إِنَّكِ إِذَا كُنْتِ رَاضِيَةً قُلْتِ بَلَى وَرَبِّ مُحَمَّدٍ . وَإِذَا كُنْتِ سَاخِطَةً قُلْتِ لاَ وَرَبِّ إِبْرَاهِيمَ » . قَالَتْ قُلْتُ أَجَلْ لَسْتُ أُهَاجِرُ إِلاَّ اسْمَكَ
Terjemah bebasnya kira-kira begini...
Aisyah berkata:
Rasul pernah berkata kepadaku gini,
“Aku tahu kapan kamu marah padaku, n kapan ridho padaku...”
Trus, aku bertanya kepada beliau. “Lho, gimana anta tahu wahai Rasulullah?”.
Rasul berkata lagi, “Anti ituu, kalo lagi ridho ngomongnya gini, [Demi Tuhan Muhammad]. Tapiii kalo lagi marah, anti ngomongnya, [Demi Tuhan Ibrohim]. Ya kan?”
Aku berkata, “iya, ana ndak menghindari kecuali namamu.”
Bisa dicontoh tuh bagi para istri yang lagi cemburu ma suaminya. Gak perlu ngomong “aku cemburu, suamiku.” tapi dengan sinyal-sinyal gak sebut nama, gak panggil “suamiku”, tapi cukup panggil, “bapaknya Jihan”, insya Allah suami bakal tahu (ya itu kalo suaminya peka) n mbatin “eee, istriku lagi cemburu nih... ternyata ia masih sayang padaku”,... dan si suami kudu segera tanggap...
Atau janjian aja, “yank, kalo aku ndak manggil kamu –yank-, berarti aku lagi cemburu” gituuuu.
(itu kalo anaknya memang Jihan, jangan panggil dengan bapaknya anak tetangga, bisa tambah kacau suasananya)
Wallahu a'lam
0 comments:
Post a Comment